Kamis, 18 November 2010

PERILAKU
MANUSIA DI DUNIA

Barangkali tidak adil jika saya menempatkan manusia dengan segala kesempurnaannya sebagai pelaku utama rusaknya lingkungan disekitar kita. Namun, karena kesempurnaan yang dimilikinya manusia melakukan apa saja untuk memuaskan hasrat mereka tanpa mengindahkan kerugian pada pihak kedua, ketiga, dan seterusnya. Mereka melupakan bahwa ada siklus yang berputar dan saling bergantung satu sama lain.
Manusia mengubah wajah bumi melebihi spesies manapun dalam sejarah dunia, dan laju tersebut semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia, perkembangan teknologi, kebutuhan pangan yang melonjak tinggi, serta penggunaan moda transportasi yang berkembang pesat. Dan sayangnya, dibalik itu semua, terkadang kita melupakan bahwa ada makhluk-makhluk lain yang terabaikan.
Ekspansi dan Keserakahan
Keberadaan jalan raya, jalan bebas hambatan, jalan layang, jalur kereta api memang membantu menyebarkan pengaruh manusia lebih jauh, memperluas jangkauan manusia, dan memudahkan perniagaan serta mempersingkat perjalanan. Namun timbal baliknya adalah mendorong perambahan disekitar kota, membawa perburuan, pembalakan, dan pertanian ke hutan yang semula tidak terjangkau tangan manusia. Infrakstruktur yang berkembang pesat itu bisa pula menghancurkan habitat, meningkatkan polusi, dan mempercepat ekspansi perkotaan ke daerah pedesaan.
Barangkali tidak adil jika saya menempatkan manusia dengan segala kesempurnaannya sebagai pelaku utama rusaknya lingkungan disekitar kita. Namun, karena kesempurnaan yang dimilikinya manusia melakukan apa saja untuk memuaskan hasrat mereka tanpa mengindahkan kerugian pada pihak kedua, ketiga, dan seterusnya. Mereka melupakan bahwa ada siklus yang berputar dan saling bergantung satu sama lain.
Manusia mengubah wajah bumi melebihi spesies manapun dalam sejarah dunia, dan laju tersebut semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia, perkembangan teknologi, kebutuhan pangan yang melonjak tinggi, serta penggunaan moda transportasi yang berkembang pesat. Dan sayangnya, dibalik itu semua, terkadang kita melupakan bahwa ada makhluk-makhluk lain yang terabaikan.
pembalakan, dan pertanian ke hutan yang semula tidak terjangkau tangan manusia. Infrakstruktur yang berkembang pesat itu bisa pula menghancurkan habitat, meningkatkan polusi, dan mempercepat ekspansi perkotaan ke daerah pedesaan.
Apa yang haru kita lakukan, seandainya bumi Indonesia ini di lalap oleh si jago merah. Artinya Indonesia kehilangan berjuta – juta Hutan yang ada , manusia tidak takut dosa ketika Mereka melakukan perbuatan semacam ini dan kurangnya perilaku manusia terhadap kekayaan Bumi Pertiwi . Kerusakan hutan akibat terus-menerus dikonversi untuk perluasan lahan kelapa sawit di beberapa titik hutan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua telah mendorong terjadinya perubahan iklim dan menggiring keberadaan habitat orang utan dan satwa lainnya menuju kepunahan. Tidak hanya perampasan hak hidup orang utan, namun juga masyarakat yang berdiam dan menggantungkan hidupnya pada hutan, seperti suku Anak Dalam di Jambi. Karena kapitalisme telah menunjukkan wataknya, secara agresif hutan-hutan di Indonesia berubah dengan cepat dikuasai oleh swasta, termasuk para pemilik perkebunan kelapa sawit. Sumatera terkenal dengan hasil Kelapa sawitnya , seharusnya manusia merasa bangga karena Ibu pertiwi memiliki berbagai macam Tanaman – tanaman dan satwa – satwa yang perlu dilindungi . Apakah perilaku manusia di dunia ini sudah mau merawat tanaman – tanaman dan para satwa di muka bumi ini ? . Saya rasa belum ,perilaku manusia 60% belum sempurna karena masih ada di daerah Sumatera yang masih membakar Tanaman di Sumatra . Di Kalimantan Juga ada yang membakar hutan sampai – sampai merugikan banyak orang . Hutan yang direnggut dengan cara dibakar jelas berdampak besar pada kualitas udara yang manusia hirup. Asap dan gas rumah kaca dari hutan-hutan yang terbakar bergabung dengan asap kendaraan, polusi pabrik, dan pembangkit listrik telah mengubah atmosfer kita, mengacaukan sistem musim yang ada, serta membunuh jutaan manusia akibat berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan akibat efek polusi. Kantong plastik masih menjadi pilihan utama sebagian besar dari manusia untuk mengemas belanjaan. Padahal kantong plastik yang berbahan dasar minyak bumi tidak bisa terurai oleh alam dan berbahaya bagi lingkungan dan kehidupan satwa liar.
Kantong plastik murah dengan berbagai warna memang punya banyak manfaat dan keberadaannya pun berlimpah. Sekitar 500 miliar sampai 1 triliun kantong plastik dipakai diseluruh dunia setiap tahunnya. Namun, sebagian besar hanya sekali pakai dan kemudian dibuang ke berbagai tempat, seperti tempat sampah, sungai, laut, dipendam dalam tanah, bahkan dibakar. Jutaan plastik yang dibuang ke laut menyumbat lingkungan dan membunuh satwa seperti penyu dan anjing laut!!. Plastik yang dibuang ke sungai menjadi salah satu penyebab utama banjir yang terjadi di berbagai kota di Indonesia, contoh kota Jakarta. Plastik menyumbat saluran sungai, gorong-gorong got hingga air hujan meluap ke jalanan. Plastik yang dibakar menghasilkan zat kimia yang berbahaya bila terhirup oleh manusia.
Walaupun plastik bisa didaur ulang, namun tidak seluruh kantong plastik bisa diolah kembali dipabrik. Kantong plastik bekas yang hanyut di sungai atau laut kerap membahayakan hewan serta tidak terurai dengan baik di alam. Kurangi penggunaannya dengan memakai kantong plastik berulang kali. Cara yang paling tepat ialah mengganti kantong plastik dengan kantong kain saat berbelanja.
Sulit sekali merubah perilaku orang , tetapi yang paling mudah adalah merubah lingkungannya terlebih dahulu . Apabila orang tersebut bisa merubah lingkungannya maka si “manusia “ tersebut dapat merubah sikapnya sendiri . bagaimana perilaku manusia dirubah oleh kondisi lingkungan hidupnya. Orang Indonesia pada umumnya jika dia berada di negaranya (atau di daerahnya masing-masing) tak mau antri di dalam menunggu sesuatu, tak mau membuang sampah pada tempatnya, tak mau menggunakan jembatan penyeberangan saat menyeberang jalan, tak mau menjadi pengemudi yang santun di jalanan. Sehingga seringkali kita melihat situasi yang semrawut, sampah-sampah berserakan, orang-orang menyeberang jalan tanpa aturan, kendaraan umum yang ugal-ugalan tak tau aturan di dalam berlalu-lintas, sampah-sampah berserakan, cekcok dan rasa tak nyaman gara-gara tak antri. perilaku orang-orang Indonesia (umumnya), apabila berada di luar negara Indonesia, seperti di negara tetangga Singapura (contoh). Mereka melakukan tindakan/aksi yang positif . Harus antri untuk menunggu apa saja seperti menunggu taksi, antri di toko, dll, pokoknya semuanya mesti antri. Dilarang meludah di lantai, dilarang buang sampah sebab akan dikenakan denda. Tak ada satupun orang Indonesia yang ingin mencoba peraturan yang ada di Negara tetangga misalnya :
1. Meludah sembarangan
2. Membuang sampah sembarangan
3. Menyebrang senbarangan
Hal itu semua tidak akan terjadi apabila manusianya tidak melakukan ke-empat perkara diatas yang nantinya akan di kenakan denda yang besar . Orang Indonesia Tidak mau mengeluarkan uang demi perara sepele di atas . Begitulah, perilaku orang-orang Indonesia .
Peristiwa di Jalan.Ampera daerah kemang. Sudah menimbulkan kalau perilaku manusia sudah seperti “binatang”. Yang mau menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan tanpa di pikirkan terlebih dahulu. Peristiwa ini hampir memakan banyak korban , dan banyak kendaraan Aparat kepolisian Rusak parah . Menunjukkan sekali bahwa manusia sama kaya binatang , ada juga manusia yang Perilaku manusia yang sangat kejam dengan cara : Pembunuhan . Walaupun Itu sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa di lupakan dan tidak bisa dihilangkan dari dalam dirinya . Salah satu faktornya karena pengaruh lingkungan , apabila orang itu bergaul di lingkungan yang salah penuh dengan manusia – manusia yang suka melakukan pembunuhan nanti si “ manusia “ tersebut akan mencontohkan perbuatAn tersebut . Ada juga karena pengaruh pergaulan , walaupun kita sebagai manusia di dunia ini membutuhkan seorang teman untuk menjadi sahabat , saudara dalam hal apapun , tapi kita harus bisa melihat apakah dia baik , tidak melakukan perbuatan jahat dll .
Perilaku manusia dalam dunia pekerjaan memang sangat Bergama. Sejenak kita mengamati prilaku dalam berorganisasi, maka kita akan melihat ada orang (pekerja) yang menunjukkan vitalitas dalam pekerjaannya, dan pada saat yang sama kita juga melihat orang lain yang kurang vitalitas. Hal tersebut pasti mengundang tanda tanya dalam diri kita akan faktor apa yang memberi pengaruh dan andil bagi vitalitas atas pekerjaan mereka, kenapa ada sebagian yang cenderung meningkatkan semangatnya dan sebagian yang lain kurang bersemangat dalam kerjanya.
Fenomena di atas hampir selalu dapat ditemui dalam organisasi yang kita sendiri ada di dalamnya ataupun organisasi yang ada disekitar lingkungan kita. Dari beberapa Penelitian dan pengalaman hidup dalam organisasi menunjukkan bahwa vitalitas kerja seseorang didasarkan atas 4 (empat) asumsi utama :
1. Seberapa jauh harapan pekerja dipenuhi oleh organisasi.
2. Apa yang dipikirkan pekerja mengenai peluang mereka dalam organisasi.
3. Bagaimana pendapat pekerja mengenai berapa banyak pemenuhan yang diperoleh dari pekerjaan dalam organisasi tersebut.
4. Bagaimana persepsi pekerja mengenai kinerja mereka dalam organisasi.
Seseorang yang masuk kedalam sebuah organisasi apapun, baik yang bersifat profit maupun nonprofit pasti mempunyai dan menaruh harapan-harapan tertentu kepada organisasinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya hari ini, esok dan dimasa depan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pribadi dan sosialnya. Harapan yang dimaksud pada umumnya berupa penghasilan, karir, pangkat, dan sebagainya yang telah dijanjikan organisasi/perusahaan kepada para pekerjanya. Janji organisasi adalah jaminan yang menimbulkan harapan. Sehingga ketika seorang pekerja diyakinkan bahwa janji itu akan terjadi, itu menunjukkan harapan bagi dirinya. Dan itu adalah faktor utama yang menunjukkan atau mencerminkan perilaku kerja adalah reaksi seseorang terhadap seberapa jauh harapannya telah terpenuhi oleh organisasi tempat ia bekerja.
Kurangnya vitalitas dalam kehidupan karir seorang pekerja merupakan kegagalan untuk menyelaraskan harapan dengan kenyataan, dalam pengertian lain : janji yang tak terpenuhi. dan hal itu menimbulkan kekecewaan pada diri pekerja itu sendiri, yang pada akhirnya membentuk persepsi tersendiri bahwa organisasi tempatnya beraktifitas tidak memberikan atau tidak dapat memenuhi harapan-harapan sebagaimana dipikirkannya ketika awal memasuki organisasinya tersebut. Pandangan kaum subjektif melihat organisasi pada perilaku manusia. Mereka menganggap bahwa manusia dalam organisasi itu menciptakan struktur, memelihara, dan memutuskannya. Sedangkan pentingnya perilaku organisasi adalah bagaimana para peserta menciptakan lingkungan dan bagaimana penciptaan tersebut mempengaruhi perilaku mereka.
Dengan kata lain organisasi adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu dalam organisasi sangat beragam antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Ada yang beranggotakan tiga orang, bekerja dengan kontak yang sangat dekat, dan ada organisasi yang memiliki anggota ribuan orang. Dilain pihak, organisasi merupakan sebuah kelompok yang terstruktur, yang melibatkan orang-orang dalam sturuktur tersebut yang kemudian diorganisasikan dalam mencapai tujuan organisasi. Keterlibatan orang-orang dalam organisasi merupakan wujud dari upaya pemenuhan kebutuhan orang tersebut, akan kelangsungan hidupnya. Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.
Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu, kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, dan ada yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya. Akhirnya, kita melihat manusia dalam pekerjaannya merupakan sebuah manifestasi dari keinginan dan kebutuhan serta keyakinannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi dan sosialnya yang terus meningkat seiring dengan tuntutan keadaan dalam dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya. Manusia dalam pekerjaan berhubungan erat dengan apa yang dipikirkannya, apa yang dirasakannya dan apa yang dihasilkannya serta apa yang diyakininya, semuanya itu berasosiasi dalam diri setiap individu membentuk yang namanya prilaku organisasi. Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya. Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya.
Struktur kepribadian manusia tersebut terdiri dari tiga bagian yang tumbuh secara kronologis, yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan struktur kepribadian paling primitif dan berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan. Ini dapat kita lihat pada fase kanak-kanak seseorang. Id banyak berhubungan dengan nafsu semena-mena yang tidak sanggup membedakan realitas dan khayalan. Ego merupakan kelanjutan upaya mencari kesenangan, tetapi sudah dirangkai dengan keharusan tunduk pada realitas dan tak bisa semena-mena lagi. Fase ini dapat dilihat ketika seorang anak mulai mengenal berbagai aturan sosial dan terpaksa mengekang nafsu pemuasan dirinya yang bersifat semena-mena. Tahapan selanjutnya, superego, merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tempat individu itu hidup. Berbeda dengan ego yang berpegang pada prinsip realitas, superego yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tahapan ini seiring dengan kedewasaan seorang individu. Berhubungan dengan alam tak sadar dan alam sadar, id terletak pada bagian pertama sedang yang lain meliputi keduanya.
Dalam memahami manfaat dari teori-teori terkait dengan Dinamika dan Perilaku Manusia terhadap ilmu kesejahteraan sosial, harus dimulai dari definisi kesejahteraan sosial itu sendiri. kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu: (1) ketika masalah sosial dapat di manajemen dengan baik, (2) ketika kebutuhan terpenuhi, dan (3) ketika peluang-peluang sosial terbuka secara maksimal . Dalam definisi kesejahteraan sosial terdapat beberapa istilah kata kunci yang menjadi pedoman hidup masing – masing :

- Membantu individu, kelompok atau masyarakat
- Memenuhi kebutuhan dasar
- Menjalankan fungsi sosial
manusia sebagai makhluk yang berakal budi secara keseluruhan baik watak, kepercayaan maupun perbuatannya dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan dipengaruhi oleh suatu daya yang keluar dari kawasan atau golongan di mana dia tinggal. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa . Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
Dalam melihat dan mempelajari perkembangan manusia ada banyak persoalan harus dihadapi oleh para peminatnya, baik kalangan ilmuwan ataupun golongan awam. Baik para filsuf, teolog dan para pendidik memiliki cara pandang yang berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa ada dugaan yang berbeda tentang hakekat manusia. Pada akhirnya hal ini memunculkan berbagai teori perkembangan.
Ada sebuah kontroversi antara penganut faham perkembangan alamiah dan penganut faham perkembangan bentukan. Golongan yang pertama menganggap bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetis, kematangan fisik dan fungsi saraf. Perkembangan universal manusia seperti berjalan, berbicara dan bereaksi terhadap manusia dapat diterangkan secara tepat sebagai hasil bawaan biologis. Pada pihak lain, golongan yang kedua (dalam hal ini ahli lingkungan) menekankan pengaruh lingkungan fisik dan sosial terhadap pola perkembangan jiwa. Perubahan perkembangan jiwa terutama diakibatkan oleh pengalaman hidup mereka. Namun demikian kedua pendapat tersebut masing-masing mempunyai kelemahan. Para psikolog lebih melihat kepada penggabungan keduanya. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, makhluk manusia atau “homo sapiens”, sama seperti makhluk hidup lainnya yang mempunyai peran masing-masing dalam menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.
Ada perbedaan mendasar tentang asal mula manusia, kelompok evolusionis pengikut Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi selama ratusan ribu tahun, berbeda dengan kelompok yang menyanggah teori evolusi melalui teori penciptaan, yang menyatakan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah. jika kita telusuri di bidang kehidupan manusia yang lain, misalnya dalam proses penegakan hukum, kita jumpai kenyataan yang mengejutkan. Kebenaran dan keadilan terasa timpang karena dapat dibeli, sehingga terjadi pemutarbalikan yang merugikan pihak-pihak tertentu. Belum lagi penindasan dan pemerasan atas sesama manusia, sehingga muncul jeritan yang keluar dari keputusasaan mereka yang mengalaminya. Pemahaman tentang hidup dan kehidupan, itu tidak mudah. Makin banyak hal yang Anda lihat tentang gejala adanya hidup dan kehidupan, makin nampak bahwa hidup itu sesuatu yang rumit. Pada individu dengan organisasi yang kompleks, hidup ditandai dengan eksistensi vital, yaitu: dimulai dengan proses metabolisme, kemudian pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan adaptasi internal, sampai berakhirnya segenap proses itu bagi suatu “individu”. Tetapi bagi “individu” lain seperti sel-sel, jaringan, organ-organ, dan sistem organisme yang termasuk dalam alam mikroskopis, batasan hidup adalah tidak jelas atau samar-samar. Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.
Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan dengan kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang dimilikinya seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan hidup. Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.
Membangun nilai keagamaan dalam perilaku manusia kekuatan daya ajaran keagamaan telah gagal mengubah perilaku kehidupan manusia pada umumnya. Kenakalan anak-anak muda di mana-mana dalam bentuk perkelahian antarpelajar, merajalelanya tindak kekerasan yang makin sadis dan anarkis, maraknya pencurian dan perampokan, meluasnya penggunaan narkoba, dan lain-lain. Semua itu menunjukkan bukti ketidakberdayaan agama dalam memperbaiki perilaku manusia. Lantas para tokoh masyarakat itu menilai, ritus keagamaan pada hari-hari ibadah dan butir-butir ajaran agama tak mampu memengaruhi hati dan pikiran manusia untuk mengubah tingkah lakunya dari jahat menjadi baik. bahwa ajaran-ajaran agama yang selama ini disampaikan lewat khotbah-khotbah dan pembahasan-pembahasan, tidak lagi aktual di tengah masyarakat yang makin materialistis. Atau mungkin saja orang berpendapat, bahwa kenyataan itu justru merupakan hasil ajaran-ajaran agama, sehingga perilaku manusia yang jahat itu masih dapat dicegah dan tidak sampai kebablasan. Sebuah pandangan yang sedikit menghibur keresahan para tokoh masyarakat tersebut.
Perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya sangatlah penting umtuk keberlangsungan hidup manusia . Interaksi manusia dengan lingkungannya yang sudah terjalin sejak ribuan tahun menghasilkan sejumlah bentuk strategi adaptasi. Pada awalnya manusia bertahan dengan strategi adaptasi pengumpul-berburu, kemudian dilanjutkan dengan perladangan-perkebunan, seterusnya dengan peternakan. Setelah itu berkembang pertanian intensif, dan strategi yang terakhir adalah dengan cara kehidupan industri. Strategi perladangan-pekebunan sering dianggap sebagai awal dari peradaban, karena manusia mulai menandai wilayah yang dipakai dan dimiliki bagi kelangsungan hidupnya. Manusia tidak merubah bentang alam (lingkungan) di tahap berburu-meramu, namun mulai merubah dalam skala kecil di tahap perladangan, serta peternakan. Pada bentuk strategi adaptasi kedua perubahan bentang alam sedikit terjadi dan ada keterbatasan oleh musim. Pada tahap pertanian intensif manusia mulai merubah lingkungan dan memanfaatkan prinsip grafitasi untuk mendistribusikan air melalui sistem irigasi. Keterbatasan oleh musim membuat manusia mampu menandai saat menanam yang tepat dengan melihat pada posisi bintang seperti Orion. Saat produksi pangan bisa dismpan dan saat proses produksi-distribusinya terkendali maka kotapun lahir. Pembangunan kota sering merubah bentang alam dan bertujuan melawan pembatasan dari musim. Pada strategi adaptasi manusia yang terakhir yaitu industri manusia sudah bisa mengurangi keterbatasan dari musim dan iklim. Namun kota dan industri sudah meninggalkan proses alamiah dan mematikan indera manusia dalam interaksinya dengan lingkungan. Manusia mampu menerapkan informasi melalui rencana dan blue print-nya untuk produksi-distribusi, namun mengabaikan faktor penentu dari lingkungan. Faktor penentu ini adalah iklim dan keadaan topografis dari lokasi kegiatan industrinya. Manusia sebagaimana makhluk lainnya memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan alam yang timbul pada sumber air, gunung, laut, atau udara. Bencana lumpur lapindo yang kunjung usai, banjir Jakarta, Adam Air, demam berdarah, flu burung, kekeringan, dan sebagainya selalu menghiasi berita di televisi maupun di koran-koran.
Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. . Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat. Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam. Menurtnya, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya, manusia yang religius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam lingkungan. Manusia seperti ini akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa dieksploitasi secara sewenang-wenang. Hubungan antara manusia dengan lingakungan alam ini sangat berkaitan dan berkesinambungan terus menerus, kaya ikan hidup diair, jika keluar dari air, hanya beberapa menit saja ikan akan mati. Begitu juga jika airnya tercemari oleh racun yang terus menerus, juga dari limbah industri hasil kreasi manusia ada sebagian ikan mati, maka eko sistem air di kolam/sungai/danau/ laut, akan terganggu, lama kelamaan produksi ikan berkurang. Jika begitu kita, manusia ini, tidak bisa makan ikan sehat lagi. Apalagi jika saudara kita yang propesinya nelayan, cara tangkap ikannya menggunakan bom ( diledakan dalam air laut ), akan sangat cepat sekali merusak lingkungan habitat ikan di laut yang akibatnya kehidupan regenerasi ikan akan berkurang, malahan untuk jenis ikan tertentu akan punah. Jadi ada budaya nelayan kita dalam menangkap ikan itu sangat merusak lingkungan hidup para ikan. Jadi kita sebagai makhluk sosial, harus hidup bermasyarakat saling mengingatkan untuk kebaikan lingkunan hidup kita ini dari kehancuran yang kebanyakan akibat ulah kita sendiri. Perilaku manusia khususnya terhadap lingkungan sangatlah besar, baik dari segi positif dan negatifnya. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan dengan yang lain, tetapi kadang-kadang manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan permasalahan bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain, kerusakan lingkungan yang meliputi krisis energi, pemanasan global dan efek rumah kaca, penipisan ozon,pengaruh pada kualitas air, tanah,udara, dan kerusakan ekologi dan ekosistem. Manusia modern dewasa ini sedang melakukan perusakan secara perlahan akan tetapi pasti terhadap sistem lingkungan yang menopang kehidupannya. Kerusakan lingkungan baik dalam skala global maupun lokal termasuk di negara kita hingga saat ini sudah semakin parah. Indikator kerusakan lingkungan terutama yang diakibatkan oleh degradasi lahan cukup nyata didepan mata dan sudah sangat sering kita alami seperti banjir tahunan yang semakin besar dan meluas, erosi dan pendangkalan (sedimentasi) sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air (kuantitas dan kualitasnya) yang berakibat terjadinya kasus kelaparan di beberapa daerah dinegara kita dan beberapa negara lain. Manusia modern dewasa ini sedang melakukan perusakan secara perlahan akan tetapi pasti terhadap sistem lingkungan yang menopang kehidupannya. Kerusakan lingkungan baik dalam skala global maupun lokal termasuk di negara kita hingga saat ini sudah semakin parah. Indikator kerusakan lingkungan terutama yang diakibatkan oleh degradasi lahan cukup nyata didepan mata dan sudah sangat sering kita alami seperti banjir tahunan yang semakin besar dan meluas, erosi dan pendangkalan (sedimentasi) sungai dan danau, tanah longsor, kelangkaan air (kuantitas dan kualitasnya) yang berakibat terjadinya kasus kelaparan di beberapa daerah dinegara kita dan beberapa negara lain. Polusi air dan udara, pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dunia, mencairnya salju di wilayah kutub utara dan selatan, kerusakan keragaman hayati, kepunahan spesies tumbuhan dan hewan serta ledakan hama dan penyakit merupakan gejala lain yang tak kalah serius yang sedang mengancam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan diplanet bumi ini. Mewabahnya penyakit hewan dan manusia yang mematikan akhir-akhir ini seperti demam berdarah, flu burung hingga HIV, sebenarnya juga merupakan akibat akibat dan dampak dari telah terjadinya gangguan kesetimbangan dan kerusakan lingkungan fisik maupun non-fisik di permukaan bumi.
Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan di permukaan bumi ini. Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat, telah mengakibatkan terjadinya eksploitasi intensif (berlebihan) terhadap sumberdaya alam yang akibatnya ikut memacu terjadinya kerusakan lingkungan terutama yang berupa degradasi lahan. Padahal lahan dengan sumberdayanya berfungsi sebagai penyangga kehidupan hewan dan tumbuhan termasuk manusia. Orientasi hidup manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik juga sangat berpengaruh. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang terjadi dunia saat ini. Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan mengabaikan asas konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang (haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peran pemeliharaan alam ini dengan baik, maka baginya tersedia ganjaran dari Allh swt. Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubungan pula dengan alam sebagai makhluk ciptaan Tuhan. . Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa alam) sebagaimana pahamnya penganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementara itu alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Jadi alampun tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alam dengan segala hukum-hukumnya, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu tentang alam. Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan denganNya.




Secara kodrati, manusia adalah mahkluq sosial yang secara alamiah pula membutuhkan kehadiran pribadi-pribadi lain dalam menjalankan aktifitas serta menjaga eksistensinya. Atas dasar itulah manusia selalu ingin hidup bermasyarakat atau berkelompok, hal inilah yang juga menunjukkan kepada kita bahwa manusia menurut kodratnya tidak dapat melepaskan diri dari manusia lainnya.
Dalam mengatur dan mengurus kebutuhan bersama, agar kehidupan berlangsung secara tertib dan damai seperti inilah, maka muncullah tata aturan, norma atau nilai-nilai yang menjadi kesepakatan universal yang harus ditaati. Semacam hal tersebut di ataslah peradaban manusia dimulai, di mana manusia harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. la harus memegangi nilai-nilai aturan yang berlaku mengatur hidup manusia. Nilai-nilai aturan yang mengikat manusia inilah yang kemudian kita kenal sebagai hukum.
segala perilaku kita sebagai warga negara diatur oleh hukum. Suatu peraturan hukum yang mengatur pola hidup rakyat Indonesia itu sesungguhnya untuk tercapainya tujuan dari hukum itu sendiri yaitu keadilan, kebahagiaan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Segala yang telah tercantum dalam peraturan tertulis, berisi tujuan-tujuan tersebut. Seperti halnya yang tercantum dalam KUHP. Pada dasarnya, sanksi yang dijatuhkan kepada seseorang itu tidak lain bertujuan memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan, baik berupa pidana kurungan maupun denda. Dalam zaman globalisasi seperti ini hukum belum di tegakkan , meskipun sudah banyak permasalahan – permasalahan yang belum tuntas , misal : masalah korupsi di Indonesia belum selesai sampai sekarang . Aliran hukum positif berangkat dari pandangan bahwa hukum tidak berasal dari Tuhan atau alam, melainkan dari manusia sendiri berdasarkan kemampuannya untuk merumuskan ketentuan hukum yang sumbernya dapat saja digali dari nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Hukum lahir untuk mengikat masyarakat karena adanya perjanjian sosial (social contract), manusia sendirilah yang memang menghendaki. Aliran hukum positif memandang perlu untuk memisahkan secara tegas antara hukum dan moral. Dalam kacamata positivis, tiada hukum kecuali perintah penguasa, bahkan aliran positivitas legalisme menganggap bahwa hukum identik dengan undang-undang.
Tegasnya membangun perilaku manusia dan masyarakat harus di dalam konteks kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dimana mereka mengerti dan bersedia menjalankan kewajiban hukumnya sebagai warganegara dan mengerti tentang bagaimana menuntut hak-hak yang dijamin secara hukum dalam proses hukum itu sendiri. Pembangunan harus juga ditujukan bagaimana merubah prilaku rakyat bangsa Indonesia, dari perilaku yang serba terbelakang menuju kearah perilaku yang lebih maju sosial ekonomi, budaya, akhlak serta perilaku yang sejahtera dengan memahami hak dan kewajibannya sebagai warganegara.

Dalam konteks ini jelas pembangunan tidak dapat dipisahkan dari kesadaran dan kepatuhan manusia atau masyarakat terhadap nilai-nilai hukum. Pembangunan hukum harus dilakukan secara simultan dengan perencanaan pembangunan lainnya yang dilaksanakan dalam proses perencanaan pembangunan suatu bangsa secara global, karena sasaran akhir (goal end) perencanaan pembangunan adalah “prilaku manusia” yang mematuhi nilai-nilai pembangunan itu sendiri.

Atas dasar pemikiran ini pembangunan hukum yang bermuara pada kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat haruslah mendapat perhatian yang utama dari seluruh aspek pembangunan yang direncanakan. Perlu kita ketahui bahwa hukum sebagai suatu disiplin ilmu sebenarnya mempunyai 2 (dua) obyek, yaitu obyek formil dan obyek materil. bagaimana menciptakan terbentuknya budaya perilaku manusia dan masyarakat yang sadar dan patuh serta memahami betul terhadap hak dan kewajibannya sebagai bagian dari komunitas suatu masyarakat, dari suatu bangsa dan/atau suatu negara. Kita sangat prihatin melihat budaya prilaku hukum bangsa kita yang semu dimana sebenarnya di dalamnya penuh dengan potensi kekerasan dan ketidakpedulian dengan tertib yang dituntut di dalam habitatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar